Rabu, 11 Maret 2015

PEMBIASAAN SEBAGAI PENANAMAN VISI MISI SEKOLAH

PEMBIASAAN SEBAGAI PENANAMAN VISI MISI SEKOLAH 
by : Dewi Ati Rohmatilah, S.Pd
    Berdasarkan kajian Hanushek (Nursisto dalam  Ismail Kusmayadi : 3)  Kualitas pendidikan tidak bisa hanya dilakukan dengan pendekatan konvesional yang bertumpu secara kaku  pada paradigma input-proses-output, untuk melengkapinya diperlukan pendekatan Inkonvensional yang memandang pendidikan sebagai suatu proses kultural, bukannya proses mekanis seperti halnya pabrik.
         Pada proses kultural, pendidikan tidak sekedar proses input-output, melainkan proses interaksi dari berbagai komponen pendidikan. Proses interaksi tersebut diantaranya hubungan guru dan siswa. Keberhasilan  proses interaksi kedua komponen tersebut ditentukan oleh kultur sekolah.
        Bila berbicara tentang kultur sekolah, tentunya akan berkaitan dengan visi dan misi sekolah. Penyusunan visi dan misi  tak lepas dari  budaya dan kreatif kepala sekolah, guru, komite, dan orang tua siswa, serta arah tujuan  yang akan dicapai serta diterapkan di sekolah.
       Pengertian Visi adalah suatu pandangan jauh ke depan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang. sedangkan Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh sekolah dalam usaha mewujudkan visi.
      Menurut Prof. Dr. Baedhowi, M.Si dalam seminar Guru Nasional mengatakan sangat penting sebuah sekolah memiliki visi dan  misi . Sebab visi misi menjadi arah ke mana sekolah itu akan berjalan, dengan tujuan-tujuan dan target-target pencapaian, "Sehingga visi misi harus menjadi milik dan tanggung jawab  bersama ".Menanamkan visi misi pada SDM di sekolah harus melalui adanya  kebiasaan komunikasi secara intensif.
          Banyak sekali kegiatan di sekolah yang dapat mendukung terwujudnya visi misi sekolah,  misalnya kegiatan ekstrakulikuler pramuka, UKS, Kesenian , Keagamaan. Selain itu juga dapat dilakukan melalui pembiasaan.  
         Pembiasaan ( habituation ) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri; perilaku tersebut relatif menetap, umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat atau meniru saja, bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar, dan tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama.
           Perkembangan psikologi anak Sekolah Dasar  usia 6 - 12 tahun, telah mempunyai sikap  pengamatan yang objektif, perkembangan emosionalitas dari egosentris  menjadi empiris  berdasarkan pengalaman, intelek dan akal budi menonjol serta minat anak yang objektif terhadap dunia menjadi besar.Dari ciri perkembangan di atas, pendidikan anak usia SD dapat diterapkan melalui pembiasaan.
           Pembiasaan memiliki peran besar dalam mewujudkan visi misi sekolah.  Proses pembiasaan dalam pendidikan merupakan hal yang penting. Anak-anak belum menyadari apa yang disebut baik dan tidak baik dalam arti susila. Ingatan anak-anak belum kuat, perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang terbaru dan disukainya. Dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir tertentu.Menurut Abdullah Nasih Ulwan, pendidikan dengan proses pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam membentuk iman, akhlak mulia, keutamaan jiwa dan untuk melakukan syariat yang lurus.
       Pembiasaan dalam mewujudkan  visi misi di sekolah diperlukan kerjasama yang baik  dalam interpersonal guru sebaga pemelihara nilai  dan norma serta agama . Guru harus menjadi  model keteladanan  dalam proses pembiasaan, menuju visi misi yang sudah dirumuskan  sekolah.
Kepustakaan :
 - Ismail Kusmayadi  (2010 ) Keterampilan Interpersonal untuk Guru . Bandung : Pribumi Mekar.
- http :// refernsi makalah.com / 2012/ 07.Pendidikan melalui proses pembiasaan
  ( diakses 11/03/2015  jam 04.00 WIB )


- Profesi  Guru Edisi 2 Desember  2012

PENDEKATAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN

 PENDEKATAN PAKEM  DALAM PROSES PEMBELAJARAN
 by
Dewi Ati Rohmatilah

       Seiring berkembangnya era globalisasi serta  meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntutut dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas produk sesuai kebutuhan yang diperlukan.Untuk merealisasikan kebutuhan tersebut tak lepas dari peran guru sebagai pelaku pendidikan  yang secara langsung berperan aktif pada proses pembelajaran.
       Pendidikan merupakan kesenjangan yang dimiliki peserta didik dengan kebutuhan lingkungan masyarakat dan  tuntutan  dunia kerja yang dibutuhkan. Untuk menghilangkan  kesenjangan  tersebut diperlukan pendidikan. pendidikan  yang diperlukan  meliputi pengetahuan,  keterampilan serta nilai dan sikap .
      Dalam Permendiknas no.41/2007  bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah  harus interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.  Berdasarkan hal di atas jelas sekali diutarakan peran serta peserta didik dalam pembelajaran sangatlah penting, Peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran harus dapat memfasilitasi  siswa untuk berperan aktif  secara fisik dan mental dalam mengembangkan kompetensinya agar kreatif dan mampu mengahasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
     Berdasarkan uraian di atas sangatlah perlu diterapkannya  Pakem dalam proses pembelajaran. Yang melandasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) antara lain filsafat Konstruktivisme yang menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengalaman awal yang telah dimiliki peserta didik. Harapannya mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda. (Lihat Paul Suparno). Di samping itu, juga filsafat Pragmatisme yang menekankan agar dalam pembelajaran peserta didik sebagai subyek yang aktif, sementara guru sebagai fasilitator (Lihar Ornstein & Levine, 1985).

 A. Pengertian Pakem
       PAKEM adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan belajar yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan pada belajar sambil bekerja (learning by doing), sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan.
      Pakem singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan proses pembelajaran , siswa dapat berfikir aktif , bertanya, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikan konsep yang dipelajari serta berkreasi. Kreatif dimaksudkan pada peran guru agar menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar -mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran sehingga waktu curaj perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut  hasil penelitian tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatnya hasil belajar. Proses pembelajaran yang efektif artinya menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
        Dengan demikian Pakem merupakan pendekatan pembelajaran yang  memfasilitasi  peserta didik agar terlibat dalam kegiatan pembelajaran secara langsung.

B. Prinsip Pakem
  1. Mengalami atau melakukan : Peserta didik mengalami secara langsung dengan memanfaatkan banyak indera. Bentuk konkretnya adalah peserta didik melakukan: pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara. Jadi, peserta didik belajar banyak melalui berbuat.
  2. Interaksi: dalam  pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik itu sendiri maupun dengan guru baik melalui diskusi/tanya jawab maupun melalui metode lain (misalnya, bermain peran) harus selalu ada dan terjaga  karena dengan interaksi inilah pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik.
  3. Komunikasi/ mengkomunikasikan : dalam hal ini komunikasi perlu diupayakan. Komunikasi adalah cara kita menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi tidak cukup jika tidak terjadi komunikasi. Bahkan interaksi menjadi lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif.
  4. Refleksi: merupakan hal penting lainnya agar pembelajaran itu bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya refleksi dari si peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu. Refleksi di sini maksudnya adalah memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan atau yang sudah dipelajarinya. Dengan refleksi kita bisa menilai efektif atau tidaknya pembelajaran. Jangan-jangan setelah direfleksi ternyata pembelajaran kita yang menyenangkan, namun tingkat penguasaan substansi atau materi masih rendah atau belum tercapai sesuai yang kita harapkan.
        C.  Metode dalam Pembelajaran Pakem 
            Metode dalam pembelajaran Pakem  bisa berupa diskusi kelompok, ceramah, tanya jawab, penugasan, demonstrasi, eksperimen, karyawisata; dan kegiatannya bisa berupa siswa melakukan percobaan, wawancara, membuat denah, membaca peta, membaca dan menulis ragam teks, dan sebagainya. Semua ini dilakukan dengan cara mengaktifkan anak, mendorong munculnya kreativitas, dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan, dan diharapkan mencapai hasil belajar yang efektif.
Kepustakaan :
- Maylanny Christine (2009). Strategi dan Teknik Mengajar Berkesan .Bandung :Setia  Permana       Inves 
- hhtp:// mudzakkir hafidh blogspot.com . Ide Guru  diakses 10/3/2015 jam 20.00WIB